Lil Happy Family ~ Chapter Two

Baca [Daftar Isi] di sini

[Chapter sebelumnya]

 

Chapter Two. Dead Man’s Call

Setiap kali mendengar kabar orang meninggal, biasanya apa yang teman-teman tanyakan? Kenapa meninggal, begitu bukan? Ketahuilah bahwa sesungguhnya pertanyaan tersebut keliru… Karena kata guru esde phi, penyebab orang meninggal cuma satu: AJAL… jadi tak perlulah kawan tanyakan kenapa dia meninggal.

Yang boleh ditanyakan adalah, bagaimana kondisi terakhir sebelum seseorang meninggal, karena itu rasa penasaran yang wajar. Tak urung, penasaran bagaimana kondisi meninggalnya Sandi muncul juga di benak phi. Dia logout dari akun fb yang barusan ia baca, lalu login ke sebuah akun fb lain. Sebuah akun yang hampir tak pernah dibukanya dua tahun terakhir.

“I have two facebook account for two purposes with same password. Whenever I logout from one and login to another, I’m afraid multihunter will ban me”

dia pernah menulis status fb seperti itu. Dan hanya teman-teman traviannya yang ia add di akun fb kedua ini yang bisa memahami dan menertawakan lucunya status itu.

Sandi, seperti sebagian besar teman-teman travian lainnya, hanya berteman dengannya di akun kedua ini. Akun yang sengaja ia buat setelah melihat betapa ‘nggilani’-nya para travianer Indo. ‘Nggilani’ adalah bahasa ‘jerman’ untuk ‘amat sangat luar biasa mengerikan’. Betapa tidak, seumur bermain di com, belum pernah ia menemukan teman-temannya posting tentang travian dan dengan semena-mena tag atau post di wall orang… atau dengan sadisnya menanggapi post orang tentang resep masakan atau aktivitas pekerjaan dengan komentar yang sangat oot: “Gimana kabar desanya?” atau “Desanya jagain gandumnya tuh…” Ouch, really a mood destroyer. Atau mungkin phi saja yang terlalu sensitif, bagaimana menurutmu kawan?

Phi membuka halaman fb Sandi. Post terbaru hampir semuanya adalah post istri Sandi, olshop-nya. Dari situ dia baru tahu, buntut Sandi sudah dua. Terakhir kontak mereka adalah ketika anak pertama Sandi lahir, sekitar setahun setelah s3 ss3 berakhir. “Nah, sekarang baru pas kalau dipanggil Pak,” kata phi waktu itu.

Beberapa post istri Sandi setelah meninggalnya suaminya berkisar seputar persidangan di pengadilan, yang masih belum memberi petunjuk bagi phi bagaimana Sandi meninggal. Diketiknya di mesin pencarian kata kunci ‘Sandi jambi meninggal’. Phi tahu profesi Sandi sebagai wartawan semestinya membuat berita tentangnya lebih mudah ditemukan. Dan benar. Berita tentang meninggalnya seorang wartawan media lokal dalam kecelakaan lalu lintas ditulis di berbagai media Jambi. “Ah, kau Pak. Kau harusnya menuliskan berita, mengapa malah kau pula yang jadi tertulis di sana,” keluh phi. “Tapi besar pula namamu rupanya, sampai Pak Gubernur pun melayat ke pemakamanmu…”

Dan detail kecelakaan itu yang membuat phi kehabisan kata-kata. Bagian ini tak perlu dibaca jika perutmu belum teruji ketangguhannya dengan puluhan atau bahkan ratusan wave ke desa-desamu, kawan, khawatir mual kau nantinya. Langsung skip saja ke paragaraf selanjutnya. Seorang bapak yang keluar rumah naik motor untuk membeli keperluan anaknya di warung. Dekat rumah pikirnya, karenanya ia tidak membawa dompet atau kartu identitas apapun. Tiba-tiba sebuah mobil ‘terbang’ karena saking kencangnya melaju hingga menyeberang ke lajur berlawanan, terbalik, dan menimpa kawan kita hingga meninggal di tempat. Begitu saja.

Phi merinding. Rasanya malaikat maut menjadi seperti sniper yang mengincar dengan tepatnya. Koordinat lokasi yang ditentukan, ETA yang sangat presisi, dengan wave tunggal jadi tak mungkin di-cut, mengincar satu-satunya spot bangunan (nyawa) yang kita punya, dan dari lokasi yang sangat dekat dengan kita. Tanpa persiapan. Zeropop.



Dibacanya status fb terakhir Sandi, seminggu sebelum meninggalnya.

Tidur ah.
Rindu Travian.
Rindu Partner JM.

Good Night All.
God Bless U

Perih rasanya membacanya. Phi berfikir, begitu singkatnya kehidupan. Hilangnya caps, dichiefnya desa hammer, matinya pasukan, semua terasa begitu remeh jadinya dibanding hilangnya satu-satunya hidup yang kita punya, tanpa adanya bucket untuk bisa membangkitkannya sekali lagi. Rugi sekali rasanya jika kesempatan sekali ini terbuang tanpa dimanfaatkan untuk hal yang berguna untuk yang kekal nantinya. Dada phi penuh dengan hashtag mendadakmelow, dan pelajaran besar tentang mengingat kematian.

Diraihnya ponselnya, ia telpon Laras, Panjul, dan seorang tangan kanan di s3 ss3 yang sangat ia banggakan di pesisir Mahakam. Mengabarkan berita duka kepada kawan, sebuah etika sewajarnya jika mendengar kabar belasungkawa. Ia sampaikan juga ungkapan kesedihan dan kekagetan karena baru mendengar kabar itu, lengkap dengan permohonan maaf sekiranya ada salah selama ini, karena tiada yang tahu kapan waktu masing-masing dari kita berakhir, sebelum hilang kesempatan untuk meminta maaf itu.

“Apa sih phi, ngomong apa sih, bikin takut aja,” komentar Laras. Mungkin nada bicara phi waktu itu mengingatkan Laras ke pasiennya di ruang resusitasi dengan irama rekam jantung (EKG) yang berantakan menjelang datar.

“Jadi, mau main travian lagi ni mbak?” tanya Panjul yang dijawab dengan tawa phi. Anak itu benar-benar salah fokus. Bukannya menerima pesan jalani hidup ini sebaik-baiknya, malah menyarankan menjadikan travian sekali lagi sebagai distraksi kehidupan. Phi geleng-geleng kepala. Dia ingat, sudah dua tahun terakhir ini, email dari Cath (DC suhunya) berisi informasi dan ajakan recall Infamous di com server hanya dijawabnya dengan ucapan maaf. Apalagi bermain kembali di server id? Oh no… Cukup sekali, aku merasaaaaaa… kegagalan cinta… Duh malah nyanyi. Cukup sekali bermain di server indo, dan itu sangat traumatis buatnya.

Jadi cukuplah pelajaran tentang maut yang didapatnya hari ini membuat dia kembali menjalani kehidupannya yang telah tertata rapi. Terima kasih, Sandi.


Tangannyalah yang ternyata kemudian mengkhianati hati dan otaknya. Ketika jari-jarinya menari di keyboard lappy-nya mengetikkan ‘travian.co.id’. Klik server ts3 yang tengah berjalan 4 pekan, mendaftarkan namanya, memilih kuadran secara random, yang ternyata menempatkannya kembali di SW. Tanah leluhur.

Sebuah keputusan ceroboh yang kelak akan disesalinya…

 

Bersambung ke [Chapter 3]

+1
0
+1
0
+1
1